Rabu, 30 Juni 2010

Proses Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota (1)

BA-01: Pertemuan Perdana


Sebelum memulai kegiatan penyusunan Buku Putih, seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota diharapkan sudah memahami dan memiliki persepsi yang sama mengenai Buku Putih itu sendiri. Juga pemahaman pentingnya Buku Putih dalam rangkaian kegiatan perbaikan kondisi sanitasi kota.


Biasanya, awalnya agak sukar memilah data yang perlu dikumpulkan dan bermanfaat guna memberikan gambaran kondisi sanitasi kota. Untuk membantu memberikan bayangan data yang dibutuhkan dan seberapa penting data tersebut, ada baiknya dijelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan pada Tahap-C (Penyusunan Strategi Sanitasi Kota), sehingga dapat diperkirakan data yang memang sangat diperlukan. Kemungkinan data belum tersedia, dan karenanya Pokja Sanitasi Kota dapat segera memutuskan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan data tersebut.


Selanjutnya, anggota Pokja Sanitasi Kota melakukan pembagian tugas dan menyusun jadwal kerja.

Untuk memperlancar pertemuan tersebut, City Facilitator perlu menyiapkan lebih dulu bahan-bahan yang akan didiskusikan.


BA-02: Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder yang dikumpulkan meliputi aspek umum, teknis, kebijakan daerah dan kelembagaan, keuangan, keterlibatan sektor swasta dalam layanan sanitasi serta aspek komunikasi. Data ini umumnya tersebar di beberapa SKPD, tetapi tidak tertutup kemungkinan universitas setempat memiliki data terkait (biasanya berbentuk hasil penelitian), begitu pula instansi di Provinsi ataupun di Pemerintah Pusat. Oleh karenanya setelah dilakukan identifikasi kebutuhan data, anggota Pokja perlu melakukan identifikasi sumber datanya.


Khusus untuk aspek kebijakan daerah dan kelembagaan serta aspek keuangan, perlu dilakukan diskusi intensif tersendiri guna identifikasi data terkait sanitasi. Hal ini karena umumnya belum ada keseragaman pemahaman dari kedua aspek tersebut yang terkait dengan sanitasi. Diskusi ini membutuhkan fasilitasi dari ahli kebijakan daerah dan kelembagaan serta ahli keuangan.


Data yang terkumpul menjadi bahan untuk diskusi dalam bagian BA-03: ‘Pemetaan Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi’.


BA-03: Pemetaan Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi


Pemetaan manajemen dan operasi sistem sanitasi dilakukan dengan menggunakan Diagram Sistem Sanitasi (DSS) untuk masing-masing sektor. Dengan menggunakan DSS, Pokja Sanitasi Kota akan melihat keterkaitan secara sistem –perjalanan limbah sejak dihasilkan sampai dibuang secara aman ke lingkungan (‘from cradle to grave’).

Dalam membuat pemetaan ini dibutuhkan alat bantu lain berupa peta kota dalam ukuran cukup besar (minimum ukuran A1) yang dipasang di dinding.


Langkah yang dilakukan adalah untuk melakukan identifikasi seluruh sistem yang ada di kota tersebut, dan lokasi di mana sistem tersebut digunakan. Langkah ini membutuhkan tersedianya data yang mungkin diperoleh tidak hanya dari satu SKPD, tetapi dari beberapa SKPD atau sumber lain.


Sebagai contoh adalah untuk subsektor air limbah di mana di sebuah kota diidentifikasi ada 3 sistem yang digunakan, yaitu: a) pembuangan langsung ke sungai; b) pembuangan ke cubluk; dan c) pembuangan ke tangki septik.


Sistem A :

Toilet : berupa WC helikopter dan WC dalam rumah dengan limbah ‘black water’ yang dibuang langsung ke sungai.

Grey water : dibuang ke saluran drainase lingkungan atau langsung ke sungai.

Pemakaian : gambarkan lokasinya di peta (termasuk identifikasi kecamatan dan kelurahannya).

Pengguna : sebutkan jumlah KK pengguna subsistem tersebut.

Hitung : beban BOD dan komponen lain yang dibuang ke sungai setiap hari.


Sistem B:

Toilet : limbah black water dibuang ke cubluk.

Grey water : dibuang ke saluran drainase lingkungan.

Pemakaian : gambarkan di peta (termasuk identifikasi kecamatan dan kelurahannya).

Pengguna : sebutkan jumlah KK pengguna.

Hitung : beban BOD dan komponen lain yang dibuang ke dalam tanah setiap hari.


Sistem C:

Toilet : limbahnya dibuang ke tangki septik.

Effluent : dibuang ke saluran drainase lingkungan.

Grey water : dibuang ke saluran drainase lingkungan.

Pemakaian : gambarkan di peta (termasuk identifikasi kecamatan dan kelurahannya).

Pengguna : sebutkan jumlah KK pengguna.

Hitung : beban BOD dan komponen lain yang tertampung di tangki septik setiap hari.


Sebagai contoh, diperlihatkan diagram dari sistem A, B dan C serta lokasinya di peta. Dalam Buku Referensi ‘Beberapa Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi’, hasil dari penggambaran sistem (untuk saat ini ataupun rencana jangka panjang/menengah/pendek) di atas diagram Sistem Sanitasi disebut ‘Peta Sistem Sanitasi’. Dalam Manual ini, keduanya ditulis Diagram Sistem Sanitasi (DSS).


Dengan mengikuti proses ini, sistem yang ada di seluruh bagian kota tersebut dapat teridentifikasi. Syaratnya adalah ketersediaan data. Apabila data sekunder belum tersedia, kemungkinan data tambahan dapat diperoleh melalui studi EHRA. Atau bilamana dipandang perlu, maka Pokja Sanitasi Kota dapat melakukan: a) studi tambahan untuk mengumpulkan data tersebut (pada bagian BA-04; atau b) mengumpulkan data melalui Lurah – yang dapat dilakukan saat pertemuan dengan para Lurah (bagian BB-02).


Dalam banyak kasus, suatu kawasan (yang bisa terdiri dari beberapa kelurahan) tidak seluruhnya didominasi oleh sebuah sistem. Jadi, apabila digambarkan di atas peta maka peta tersebut akan dipenuhi banyak lingkaran. Sebagai alternatif, dapat digambarkan kawasan yang didominasi oleh sebuah sistem tertentu dan diberi keterangan sistem lain yang juga ditemukan di kawasan tersebut (contohnya adalah sistem C dimana efluen dari tangki septik dapat dibuang ke saluran drainase, tetapi di antaranya ada yang meresapkan efluen tangki septik ke bidang resapan).


Pemetaan manajemen dan sistem operasi sanitasi dilakukan berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Selanjutnya dimintakan pendapat dari seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota mengenai fakta tersebut, dengan pertanyaan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pembahasan dilakukan untuk setiap sistem dan keterlibatan seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota adalah penting. Khususnya dalam memberikan pendapat mereka dari seluruh aspek, dan sekaligus memahami ketergantungan setiap aspek (teknis, kebijakan dan kelembagaan, keuangan daerah, retribusi, dan lainnya) untuk mendukung eksistensi sebuah infrastruktur yang telah dibangun. Seperti telah disebutkan di depan, penggunaan DSS akan membantu Pokja Sanitasi Kota untuk mencari akar permasalahan dari tidak berfungsinya sebuah infrastruktur yang ada. Atau mendapatkan jawaban mengapa sebuah infrastruktur dapat berfungsi dengan baik. Secara bersamaan, Pokja Sanitasi Kota akan membahas perjalanan limbah, sejak sumbernya sampai dengan penimbunan/pembuangan akhirnya secara aman ke lingkungan (from cradle to grave). Setelah melalui usaha ini, maka Pokja Sanitasi Kota akan mendapatkan gambaran permasalahan yang sebenarnya -yang sering berbeda dengan pemahaman yang ada selama ini.

Pembahasan bagian ini diperkirakan membutuhkan waktu 3-5 jam untuk setiap subsektor.


Idealnya, untuk proses ini dibutuhkan DSS dalam ukuran besar, atau tayangan melalui LCD, dan peta kota dalam ukuran besar (minimum A1) yang ditempelkan di dinding.


BA-04: Pengumpulan Data Lanjutan


Berdasarkan proses pada bagian sebelumnya, akan teridentifikasi data yang masih perlu dikumpulkan oleh Pokja Sanitasi Kota.


Informasi tentang keterlibatan sektor swasta dalam layanan sanitasi sebagian sudah dikumpulkan dalam bagian BA-02: ‘Pengumpulan Data Awal’ dan dilanjutkan pada saat melakukan pemetaan manajemen dan operasi sistem sanitasi. Kunjungan dan diskusi dengan para pemain di lapangan akan memberikan gambaran yang melengkapi informasi data sekunder. Kegiatan tersebut dilakukan pada bagian ini.


Demikian juga halnya dengan aspek komunikasi. Bila pada bagian sebelumnya pengumpulan informasi dilakukan melalui sumber internal, pada bagian ini informasi lebih lanjut diperoleh dari sumber eksternal. Ini dilakukan sembari memberikan penjelasan kepada pihak yang berkecimpung dalam bidang komunikasi (dalam hal ini media) tentang isu sanitasi, dan mencari celah-celah kerja sama yang memungkinkan demi mendukung pembangunan sanitasi di kota tersebut.

Dalam bagian ini akan dihasilkan dokumen Penilaian Pemetaan Cepat Sanitasi Kota, yang berisi rangkuman bagian-bagian sebelumnya ditambah dengan:

a) draf area berisiko;

b) penetapan kawasan ‘urban-high’, ‘urban-medium’, ‘urban-low’, ‘peri urban’ dan ‘rural’, identifikasi jenis dan tingkat layanan sanitasi serta identifikasi kondisi tipikal.


Penilaian dan pemetaan cepat ini sebaiknya disajikan dalam bentuk ringkas dan padat, yang menampilkan informasi untuk: a) masing-masing kelurahan; dan b) informasi tingkat kota. Informasi tingkat kota merupakan resume dari informasi tingkat kelurahan, ditambah informasi lainnya yang tidak mungkin tercatat dalam informasi tingkat kelurahan.


Hasil dari bagian ini adalah Penilaian Pemetaan Cepat Sanitasi Kota. Data yang disajikan keseluruhannya berdasarkan data sekunder (ditambah informasi survei lapangan dari aspek komunikasi dan pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan.



Sumber: Manual TTPS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar